Kondisi tahanan bawah tanah saat pangeran Diponegoro di taha Belanda
Penjara bawah tanah yang terdapat di musium Fatahillah Jakarta, yang sekarang dikenal dengan Musium Sejarah Jakarta atau Musium Batavia, tepatnya terletak di kawasan kota Jakarta Barat, merupakan salah satu saksi sejarah perjuangan tokoh pahlawan nasional republik Indonesia Kanjeng Pangeran Diponegoro melawan penjajah Belanda di tanah Jawa.
Di penjara bawah tanah inilah pangeran Diponegoro menjadi tawanan perang selama 32 hari yaitu dari tanggal 11 April sampai 3 Mei 1830.
Bisa dibayangkan betapa sengsaranya pangeran Diponegoro maupun para tahanan yang mendekam tahanan bawah tanah ini, kondisi yang sangat tidak layak huni bagi manusia, dengan kondisi ruang tahanan yang sempit dan atap yang pendek.
Kondisi ketinggian atap yang sangat pendek yaitu dengan ketinggian kurang dari 150 cm menyebabkan penghuninya tidak bisa berdiri tegak, melainkan harus membungkuk, sehingga untuk berjalanpun bisanya hanya dengan membungkuk, berjongkok atau merayap, masih di tambah lagi dengan kaki yang di gelangi rantai yang terikat dengan bola besi agar tidak kabur / melarikan diri.
Untuk sekedar meluruskan punggungpun didalam penjara juga amat kesulitan karena ruangan sangat sempit dan harus dihuni oleh banyak tahanan. Belum lagi udara yang sangat pengap, sekalipun terdapat jeruji besi untuk ventilasi serasa tidak banyak fungsi dan tetap terasa sangat pengap.
Dan masih ada lagi ruang penjara yang kondisinya lebih mengerikan karena kondisi lantainya selalu berair, kotor dan berbau, hal ini yang banyak menyebabkan tahanan yang ketahanan tubuhnya lemah akan tewas kedinginan dengan sendirinya.
Melihat kondisi penjara yang yang digunakan Belanda menahan pangeran Diponegoro, kita akan merasakan betapa menyiksanya situasi yang dialami pangeran Diponegoro saat menjadi tawanan perang.
Mengapa Belanda memperlakukan sekejam ini pada pangeran Diponegoro ? hal ini dikarenakan pangeran Diponegero dianggap sebagai salah satu penjahat perang yang memiliki kemampuan strategi perang yang cukup ditakuti oleh Belanda, yaitu terkenal dengan sebutan " perang sabil."
Setelah menempati penjara bawah tanah ini selama 32 hari, belanda khawatir adanya kemungkinan serangan dari pengikut pangeran Diponegoro, akhirnya Belanda memindahkan tahanan terhadap pangeran Diponegoro ke Manado selama 3 tahun, selanjutnya diasingkan ke Benteng Rotterdam di Makasar, yang akhirnya beliau wafat dalam pengasingannya 8 Januari 1855 di usia 89 tahun.
Hingga saat ini perjuangan beliau tercatat dalam sejarah sebagai pahlawan nasional Indonesia, harapan kami sebagai penulis semoga amal baik mereka dapat mengantarkan ke tempat yang mulia, amiiin.
Hingga saat ini perjuangan beliau tercatat dalam sejarah sebagai pahlawan nasional Indonesia, harapan kami sebagai penulis semoga amal baik mereka dapat mengantarkan ke tempat yang mulia, amiiin.
Demikian tulisan saya tentang kengerian penjara bawah tanah tempat pangeran Diponegoro di tahan oleh Belanda, semoga tulisan ini bermanfaat dan memberi tambahan wawasan pada para pembaca.